Label

Jumat, 22 Mei 2015

UNSUR-UNSUR YANG ADA DI LINGKUNGAN

1. Unsur Abiotik
Abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut.Beberapa contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi ,dan iklim.




2. Unsur Biotik
Biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada pokoknya makhluk hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan melipatkan, atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
Konsumer adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan tergantung kepada organisme lain, baik yang bersifat heterotrof maupun yang autotrof. Konsumer biasanya merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung (herbivora) dinamakan konsumer primer. Hewan yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer II dan seterusnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan. Konsumer terakhir disebut konsumer puncak. Contoh konsumer puncak adalah manusia.
Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk kemudian digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat disebut juga sebagai organisme detritivor atau pemakan bangkai. Contoh organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk dan jamur
Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang cocok,yang disebut habitat.Didalam ekosistem,setiap organisme mempunya fungsi dan tugas tertentu .Hal ini dikenal dengan nisia.Oleh karena itu, komponen biotik ekosistem dapat dikelompokkan berdasarkan nisia tadi.Secara garis besar ada empat nisia.


sumber : https://laelidewisasmita.wordpress.com

PENGERTIAN LINGKUNGAN

Pengertian lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya. Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan millieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan l’environment.
Dalam kamus lingkungan hidup yang disusun Michael Allaby, lingkungan hidup itu diartikan sebagai: the physical, chemical and biotic condition surrounding and organism.
S.J. McNaughton dan Larry L. Wolf mengartikannya dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organism Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut: Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
Prof. Dr St. Munadjat Danusaputro, SH, ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Padjadjaran mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perhuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.


sumber : http://dilihatya.com

INTERAKSI DALAM EKOSISTEM MEMBENTUK SUATU POLA

Interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup yang lain dapat terjadi melalui rangkaian peristiwa makan dan dimakan (rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan).

Simbiosis merupakan bentuk hidup bersama antara dua individu yang berbeda jenis. Ada beberapa macam simbiosis, yaitu:



 a. Simbiosis mutualisme (mutual: saling) merupakan suatu hubungan dua jenis individu yang saling memberikan keuntungan satu sama lain. Misalnya antara semut dan tumbuhan, antara tumbuhan polong - polongan dan bakteri pengikat nitrogen, serta antara manusia dan bakteri yang hidup di usus besar. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis mutualisme akan menderita kerugian jika tidak bersimbiosis. Misalnya, antara bunga dan lebah. Tanpa bersimbiosis bunga tidak bisa melakukan penyerbukan sehingga tidak bisa menghasilkan biji untuk berkembang biak, sedangkan lebah tidak bisa mendapatkan nektar untuk makanannya.



 b. Simbiosis komensalisme (co: bersama; mensa: meja) adalah hubungan interaksi dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu pihak, tetapi pihak lain tidak mendapatkan kerugian. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. Anggrek hanya menempel pada pohon yang ditumpanginya untuk mendapatkan sinar matahari. Pohon yang ditumpangi anggrek tidak mengalami kerugian apapun.



c. Simbiosis parasitisme (para: dekat; sitos: makanan) merupakan hubungan dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu pihak dan kerugian pada pihak yang lain. Contoh hubungan antara tumbuhan Beluntas (Plucea indica) dengan Tali putri (Cuscuta).



Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Kamis, 19 Februari 2015

KARAKTERISTIK FISIK GUNUNGKIDUL

KARAKTERISTIK FISIK KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Karakteristik Fisik Kabupaten Gunungkidul

Posisi Geografis

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi DI Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten Gunungkidul terletak di 110 ̊21' - 110 ̊50' bujur timur dan 7 ̊46' – 8 ̊09' lintang selatan. Kabupaten Gunungkidul terletak di bagian selatan Provinsi DI Yogyakarta. Berikut ini adalah batas-batas wilayah Kabupaten Gunungkidul :
Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas  wilayah Provinsi DI Yogyakarta. Ibukota Kabupaten Gunungkidul yaitu Kota Wonosari. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak ±39 km. Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1416 dusun, 1583 RW, dan 6844 RT. Kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul antara lain Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, KarangMojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. 
Berdasarkan tipologinya, Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi tiga zona dengan arah pengembangan yang berbeda-beda, yaitu:
a. Zona Utara (Zona Batur Agung) memiliki ketinggian 200-700 mdpal. Bentang alamnya berbukit-bukit dan terdapat sungai di atas permukaan tanah. Arah pengembangan zona utara yaitu ke bidang pertanian serta sebagai daerah konservasi sumber daya air. Zona utara terdiri dari Kecamatan Patuk, Nglipar, Gedangsari, Ngawen, Semin, dan Ponjong Utara.
b. Zona Tengah (Zona Ledoksari) memiliki ketinggian 150-200 mdpal. Terdapat sungai di atas tanah meskipun airnya kering saat musim kemarau, namun masih terdapat sumber mata air dan terdapat air tanah yang dapat digali pada kedalaman 60-120 meter dari permukaan tanah. Zona tengah diarahkan untuk pengembangan pertanian, eko-wisata, industri rumah tangga dan manufaktur, taman hutan rakyat, serta wisata pra sejarah. Zona tengah terdiri dari Kecamatan Playen Selatan, Paliyan Utara, Wonosari, Karangmojo, Semanu Utara, dan Ponjong Selatan.
c.  Zona Selatan (Zona Karst Gunungsewu) dengan ketinggian 100-300 mdpal. Keadannya berbukit-bukit kapur serta banyak telaga genangan air hujan, tidak terdapat sungai di atas tanah namun banyak ditemukan sungai bawah tanah. Arah pengembangan zona selatan adalah untuk budidaya pertanian lahan kering, perikanan laut, ekowisata karst, serta akomodasi wisata seperti penginapan, hotel, dan restoran. Zona selatan terdiri dari Kecamatan Purwosari, Rongkop, Panggang, Paliyan Selatan, Saptosari, Semanu Selatan, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo.
Karakteristik Fisik Alam Wilayah
TOPOGRAFI
Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk dari proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Bentang alam pegunungan menyebabkan lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi. 
KLIMATOLOGI

Secara klimatologi, curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul sebesar 1720,86 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 115 hari per tahun. Bulan basah 4–6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4–5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–November dan berakhir pada bulan Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember–Februari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul selatan mempunyai awal hujan paling akhir. Berikut ini adalah peta curah hujan di Kabupaten Gunungkidul
Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan, yaitu DAS Opak-Oya dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS tersebut terdiri dari beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian. Selain itu juga terdapat DAS bawah permukaan, yaitu DAS Bribin. Air pemukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunungkidul wilayah utara dan tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat memiliki air tanah yang cukup dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Keadaan klimatologi dan keterbatasan supply air menyebabkan terganggunya aktivitas pertanian terutama pertanian yang membutuhkan cukup banyak air seperti tanaman padi. Selain itu, keterbatasan sumber mata air permukaan menyebabkan beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul menjadi kekurangan sumber air.
JENIS TANAH


Pada Kabupaten Gunungkidul terdapat 5 macam jenis tanah, yaitu Mediteran, Litosol, Latosol, Grumosol, dan Rendzina. Berikut adalah tabel dan peta jenis tanah di Kabupaten Gunungkidul:

No.
Jenis Tanah
Deskripsi
1.
Mediteran
Tanahnya tidak subur, terbentuk dari pelapukan batu kapur, terdapat masalah dalam ketersediaan air.
2.
Regosol
Tanah berbukit kasar berasal dari material gunung api. Tanah ini sangat cocok untuk ditanami padi, tebu, palawija, tembakau dan sayuran.
3.
Latosol
Berwarna merah hingga kuning, Tanah ini cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll
4.
Gromosol
Terbentuk dari material halus berlempung. Berwarna kelabu hitam dan bersifat subur.
5.
Rendzina
Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara.
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari lahan sawah sebesar 7.865Ha, lahan pekarangan/bangunan sebesar 25.419Ha, lahan tegalan/ladang/kebun sebesar 67.199Ha, lahan kolam/tambak sebesar 103Ha, lahan hutan rakyat sebesar 24.968Ha, lahan hutan negara sebesar 13.717Ha dan lahan yang belum difungsikan sebesar 9.265Ha. Penggunaan lahan yang paling mendominasi di Kabupaten Gunungkidul adalah lahan tegalan/ladang/kebun. Penggunaan lahan sebagai tegalan/ladang/kebun tersebut dikarenakan mayoritas penduduk Kabupaten Gunungkidul bekerja di bidang pertanian. Hal itu menunjukkan bahwa lahan terbangung yang ada di Kabupaten Gunungkidul lebih sedikit dibandingkan dengan lahan non terbangun.  
Dilihat dari Peta Tata Guna Lahan, dapat diketahui bahwa pemukiman warga mayoritas berada di Kabupaten Gunungkidul bagian utara, terutama di Kecamatan Wonosari, Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Playen, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Semanu. Sesuai dengan Perda No.6 Tahun 2011 yang mengatur tentang RTRW Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan Wonosari merupakan kawasan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi sabagai pusat distribusi barang regional. Kecamatan Wonosari juga dilalui oleh jalur regional provinsi yaitu jalur Yogya-Wonosari. Hal itu menyebabkan Kecamatan Wonosari berkembang dengan cukup pesat menjadi daerah perkotaan dan menjadi salah satu pusat pemukiman padat. Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Playen, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Semanu merupakan Pusat Kegiatan Lokal di mana terdapat pusat-pusat kegiatan ekonomi yang berskala lokal sehingga banyak penduduk yang memilih bertempat tinggal di kecamatan-kecamatan tersebut. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul bagian selatan masih jarang ditemui pemukiman penduduk karena kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung

 KARAKTERISTIK FISIK KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Karakteristik Fisik Kabupaten Gunungkidul

Posisi Geografis

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi DI Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten Gunungkidul terletak di 110 ̊21' - 110 ̊50' bujur timur dan 7 ̊46' – 8 ̊09' lintang selatan. Kabupaten Gunungkidul terletak di bagian selatan Provinsi DI Yogyakarta. Berikut ini adalah batas-batas wilayah Kabupaten Gunungkidul :
Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas  wilayah Provinsi DI Yogyakarta. Ibukota Kabupaten Gunungkidul yaitu Kota Wonosari. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak ±39 km. Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1416 dusun, 1583 RW, dan 6844 RT. Kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul antara lain Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, KarangMojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. 
Berdasarkan tipologinya, Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi tiga zona dengan arah pengembangan yang berbeda-beda, yaitu:
a. Zona Utara (Zona Batur Agung) memiliki ketinggian 200-700 mdpal. Bentang alamnya berbukit-bukit dan terdapat sungai di atas permukaan tanah. Arah pengembangan zona utara yaitu ke bidang pertanian serta sebagai daerah konservasi sumber daya air. Zona utara terdiri dari Kecamatan Patuk, Nglipar, Gedangsari, Ngawen, Semin, dan Ponjong Utara.
b. Zona Tengah (Zona Ledoksari) memiliki ketinggian 150-200 mdpal. Terdapat sungai di atas tanah meskipun airnya kering saat musim kemarau, namun masih terdapat sumber mata air dan terdapat air tanah yang dapat digali pada kedalaman 60-120 meter dari permukaan tanah. Zona tengah diarahkan untuk pengembangan pertanian, eko-wisata, industri rumah tangga dan manufaktur, taman hutan rakyat, serta wisata pra sejarah. Zona tengah terdiri dari Kecamatan Playen Selatan, Paliyan Utara, Wonosari, Karangmojo, Semanu Utara, dan Ponjong Selatan.
c.  Zona Selatan (Zona Karst Gunungsewu) dengan ketinggian 100-300 mdpal. Keadannya berbukit-bukit kapur serta banyak telaga genangan air hujan, tidak terdapat sungai di atas tanah namun banyak ditemukan sungai bawah tanah. Arah pengembangan zona selatan adalah untuk budidaya pertanian lahan kering, perikanan laut, ekowisata karst, serta akomodasi wisata seperti penginapan, hotel, dan restoran. Zona selatan terdiri dari Kecamatan Purwosari, Rongkop, Panggang, Paliyan Selatan, Saptosari, Semanu Selatan, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo.
Karakteristik Fisik Alam Wilayah
TOPOGRAFI
Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk dari proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Bentang alam pegunungan menyebabkan lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi. 

KLIMATOLOGI

Secara klimatologi, curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul sebesar 1720,86 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 115 hari per tahun. Bulan basah 4–6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4–5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–November dan berakhir pada bulan Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember–Februari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul selatan mempunyai awal hujan paling akhir. Berikut ini adalah peta curah hujan di Kabupaten Gunungkidul
Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan, yaitu DAS Opak-Oya dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS tersebut terdiri dari beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian. Selain itu juga terdapat DAS bawah permukaan, yaitu DAS Bribin. Air pemukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunungkidul wilayah utara dan tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat memiliki air tanah yang cukup dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Keadaan klimatologi dan keterbatasan supply air menyebabkan terganggunya aktivitas pertanian terutama pertanian yang membutuhkan cukup banyak air seperti tanaman padi. Selain itu, keterbatasan sumber mata air permukaan menyebabkan beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul menjadi kekurangan sumber air.
JENIS TANAH


Pada Kabupaten Gunungkidul terdapat 5 macam jenis tanah, yaitu Mediteran, Litosol, Latosol, Grumosol, dan Rendzina. Berikut adalah tabel dan peta jenis tanah di Kabupaten Gunungkidul:

No.
Jenis Tanah
Deskripsi
1.
Mediteran
Tanahnya tidak subur, terbentuk dari pelapukan batu kapur, terdapat masalah dalam ketersediaan air.
2.
Regosol
Tanah berbukit kasar berasal dari material gunung api. Tanah ini sangat cocok untuk ditanami padi, tebu, palawija, tembakau dan sayuran.
3.
Latosol
Berwarna merah hingga kuning, Tanah ini cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll
4.
Gromosol
Terbentuk dari material halus berlempung. Berwarna kelabu hitam dan bersifat subur.
5.
Rendzina
Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara.

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari lahan sawah sebesar 7.865Ha, lahan pekarangan/bangunan sebesar 25.419Ha, lahan tegalan/ladang/kebun sebesar 67.199Ha, lahan kolam/tambak sebesar 103Ha, lahan hutan rakyat sebesar 24.968Ha, lahan hutan negara sebesar 13.717Ha dan lahan yang belum difungsikan sebesar 9.265Ha. Penggunaan lahan yang paling mendominasi di Kabupaten Gunungkidul adalah lahan tegalan/ladang/kebun. Penggunaan lahan sebagai tegalan/ladang/kebun tersebut dikarenakan mayoritas penduduk Kabupaten Gunungkidul bekerja di bidang pertanian. Hal itu menunjukkan bahwa lahan terbangung yang ada di Kabupaten Gunungkidul lebih sedikit dibandingkan dengan lahan non terbangun.  
Dilihat dari Peta Tata Guna Lahan, dapat diketahui bahwa pemukiman warga mayoritas berada di Kabupaten Gunungkidul bagian utara, terutama di Kecamatan Wonosari, Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Playen, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Semanu. Sesuai dengan Perda No.6 Tahun 2011 yang mengatur tentang RTRW Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan Wonosari merupakan kawasan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi sabagai pusat distribusi barang regional. Kecamatan Wonosari juga dilalui oleh jalur regional provinsi yaitu jalur Yogya-Wonosari. Hal itu menyebabkan Kecamatan Wonosari berkembang dengan cukup pesat menjadi daerah perkotaan dan menjadi salah satu pusat pemukiman padat. Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Playen, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Semanu merupakan Pusat Kegiatan Lokal di mana terdapat pusat-pusat kegiatan ekonomi yang berskala lokal sehingga banyak penduduk yang memilih bertempat tinggal di kecamatan-kecamatan tersebut. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul bagian selatan masih jarang ditemui pemukiman penduduk karena kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung
sumber: studio3gunngkidul.blogspot..com